Tuesday 14 January 2014

''HUBUNGAN ILMU SEJARAH DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA”


alhamdulillah 
tugas ilmu sosial akhirnya jadi



setelah revisi berkali kali ini hasilnya -___-








BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Jika kita mereung secara mendalam maka kita akan mengetahui bahwa setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas untuk dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Catatan-catatan mengenai masa lalu yang kita lewati sering disebut dengan istilah Sejarah.
Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata syajara dan syajarah. Syajara berarti terjadi dan syajarah berarti pohon yang kemudian diartikan sebagai silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh (Latin), history (Inggris), histoire (Perancis), geschiedenis (Belanda), dan lain sebagainya. Kata syajarah yang telah diubah menjadi sejarah masuk kedalam perbendaharaan bahasa Indonesia melalui bahasa Melayu. Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan (terutama untuk raja yang memerintah). Pada umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian masa lampau.
Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara hisoris. Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu Budaya (Humaniora). Akan tetapi, sekarang ini sejarah lebih sering dikategorikan sebagai ilmu sosial, terutama bila menyangkut peruntutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungandengan manusia di masa lalu. Sejarah dibagi menjadi kedalam beberapa sub dan bagian khusus lainnya seperti kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan klimotrik.
Sejarah sebagai salah satu ilmu sosial sudah sepantasnya penulis pelajari karena penulis menempuh pendidikan tinggi dijurusan yang bernaung dibawah Fakultas Ilmu Sosial. Penulis juga merasa perlu mengetahui berbagai hal menarik mengenai ilmu sejarah karena selain mempelajari masalalu sejarah juga akan menuntun kita dalam menapaki masa depan. Berdasarkan atas beberapa hal diatas maka penulis merasa perlu guna mengangkat sejarah sebagai salah satu topik karya tulis yang disusun dalam bentuk makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut:
1.    Bagaimana sejarah dan perkembangan ilmu sejarah ?
2.    Bagaimana manfaat dan hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya ?


C.  Tujuan
Adapun tujuan yang penulis ingin capai dalam penulisan dan penyusunan makalah ini antara lain:
1.    Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu sejarah
2.    Untuk mengetahui hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya
3.    Untuk mengetahui konsep-konsep sejarah
4.    Untuk mengetahui teori-teori ilmu sejarah











BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Ruang lingkup Sejarah
Istilah sejarah berasal dari bahasa arab, yakni dari kata syaratun (dibaca syajarah), yang memliki arti Pohon kayu. Arti pohon kayu disini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu kesenambungan (komunitas).
Ada penelitian yang menganggap bahwa arti kata sejarah tidak sama dengan kata sejarah, sebab sejarah bukan hanya bermakna sebagai pohon keluarga, asal usul atau silsilah. Dengan demikian  pengertian sejarah yang dipahami sekarang ini dari alih bahasa inggris, yakni histori yang bersumber dari bahasa yunani kono hirtorika yang berarti belajar dengan cara bertanya – tanya kata historia di artikan sebagai telcahan mengenai gejala – gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis.
Arti sejarah yang dikaitkan dengan arti kata sejarah dan dihitungkan pula dengan kata history, bersumber dari kata historia (bahasa Yunani kono) dapat disimpulkan bahwa arti kata sejarah sendiri memiliki makna sebagai cerita atau kejadian yang benar – benar telah terjadi pada masa lalu.

B. Konsep Ilmu Sejarah
1.      Perubahan
Istilah yang mengacu kepada sesuatu hal yang menjdi ”tampil berbeda”. Konsep demikian penting dalam sejarah dan pembelajaran sejarah, mengingat sejarah itu sendiri pada hakekatnya adalah perubahan.
2.      Peristiwa
Sebagai keunikan dalam suatu kejadian yang menarik atau luar biasa. Dalam penelitian sejarah peristiwa selalu menjadi objek kajian, mengingat salah satu karakteristik ilmu sejarah adalah mencari keunikan ”yang terjadi pada suatu peristwa tertentu dengan penekanan pada tradisi – tradisi relativisme
3.      Sebab dan Akibat
Sebab adalah faktor – faktor determinan fenomena pendahulu yang mendorong terjadinya sesuatu perbuatan, perubahan maupun peristiwa sedangkan akibat adalah sesuatu yang menjadikan kesudahan atau hasil suatu perbuatan maupun dampak dan peristiwa.

4.      Hasionalisme
Rasa kebangsaan, dimana kepentingan negara dan bangsa mendapat peerhatian besar dalam kehidupan bernegara.
5.      Kemerdkaan atau kebebasan
Nilai utama dalam kehidupan politik bagi setiap ngara dan bangsa maupun umat manusia yang senantiasa diagungkan sekalipun tidak selamanya di praktikkan.
6.      Kolonialisme
Merujuk pada bagian imprialisme dalam ekspansi bangsa – bangsa Eropa barat keberbagai wilayah lainnya didunia sejak abad ke-15 dan 16
7.      Revolusi
Merujuk pada suatu pengertian tentang perubahan sosial politik yang radikal, berlansung cepat dan besar – besaran.
8.      Fasisme/ Facism
Adalah nama pengorganisasian pemerintahan dan masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat memiliki rasa nasionalisme yang sempit, rasialis, meliteristis dan imperialis
9.      Komonisme
Merupakan suatu impian untuk meciptakan masyarakt ideal yang dapat mensejahterakan semua manusia melalui rangkaian program akumulasi modal antikapitalis atau westernisasi secara cepat melalui berbagai revisi ajaran karl marx.
10.  Peradaban/ civilization
Merupakan suatu konsep yang merujuk pada suatu entitas kultural seluruh pandangan hidup manusia yang mencakup nilai, norma, institusi dan pola pikir terpenting dari suatu masyarakat yang mewariskan dari generasi ke generasi
11.  Perbudakan/ Siavery
Suatu istilah yang menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang maupun kelompok tidak memiliki kedudukan dan peranan sebagai manusia yang memiliki hak asasi sebagai manusia yang layak.
12.  Waktu
Konsep waktu dalam hal ini (hari, tanggal, bulan, tahun, windu dan abad) merupakan konsep ensensial dalam sejarah
13.  Feminisme
Adalah nama suatu gerakan emansipasi wanita dan subordinasi pria
14.  Liberalisme
Merajuk pada kebebasan seluas - luasnya
15.  Konervatisme
Meyakini bahwa realitas suatu masyarakat dapat ditemukan pada perkembangan sejarahnya


C.Metode dan Ilmu Bantu Sejarah
Menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk diselidiki antara lain:
1.      Mencari sumber tentang  fakta historis
2.      Meringkas dan mengevaluasi sumber – sumber historis, dan
3.      Menyajikan fakta – fakta yang bersangkutan dalam suatu kerangka interfektif
Secara  sederhana, ismaun mengemukakan bahwa dalam metode sejarah meliputi:
1.      Heuristik (pengumpulan sumber – sumber)
2.      Kritik atau analisis sumber (eksternal dan internal)
3.      Interprestasi
4.      Historiografi (penulisan sejarah)
Sjamsuddin merincikan ada tujuh kriteria yang dipersyaratkan sebagai sejarawan sebagai berikut:
1.      Kemampuan praktis dan mengartikulasi dan mengekspresikan pengetahuannya secara menarik, baik secara tertulis maupun lisan.
2.      Kecakapan membaca dan / atau berbicara dalam satu atau dua bahasa asing atau daerah
3.      Menguasai satu ataulebih disiplin kedua, terutama ilmu-ilmu sosial lain, seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, atau ilmu-ilmu kemanusiaan {humaniora}, seperti filsafat, seni atau sastra
4.      Kelengkapan dalam penggunaan pemahaman (Insihgt) psikologi, kemampuan imajinasi, dan empati
5.      Kemampuan membedakan antara profesi sejarah dan sekedar hobi antikuarian yaitu pengumpulan benda-benda antik

6.      Pendidikan yang luas (Broad Culture) selama hidup sejak dari masa kecil
7.      Dedikasi pada profesi dan integritas pribadi, baik secara sejarawan peneliti maupun sebagai sejarawan pendidik



Dikemukakan pula oleh Gray bahwa seorang sejarahwan minimal memiliki enam tahap dalam penelitian
sejarah:
1.      Memilih suatau topik yang sesuai
2.      Mengusut semua evidensi/bukti yang relevan dengan topik
3.      Membuat catatan-catatan penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian diadakan
4.      Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan atau melakukam kritik sumber secara ekternal dan internal
5.      Mengusut hasil- hasil penelitian dengan mengumpulkan catatan fakta- fakta secara sistematis
6.      Menyajikan dalam suatu cara yang menarik serta mengkomunikasikannya kepada para pembaca dengan menarik pula.

Sedangkan sebagai ilmu bantu sejarah terdiri atas hal-hal sebagai berikut:
1.      Paleontologi
Yaitu ilmu tentang bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah ada di permukaan bumi, terutama fosil-fosil.
2.      Arkeologi
Yaitu kajian ilmiah mengenai hasil kebudayaan baik dalam periode prasejarah maupun periode sejarah yang ditemukan melalui eskavasi-eskavasi di situs-situs arkeologi.
3.      Paleontrofologi
Yaitu ilmu tentang manusia-manusia purba atau antropologi ragawi.
4.      Paleografi
Yaitu kajian tentang tulisan-tulisan kuno, termsuk ilmu membaca dan penentuan waktu / tanggal / tahun.
5.      Epigrafi
Yaitu pengetahuan tentang cara membaca, menentukan waktu serta menganalisis tulisan kuno pada benda-benda yang dapat bertahan lama (batu, logam dan sebagainya).
6.      Ikonografi
Yaitu area-area atau patung-patung kuno sejak zaman prasejarah maupun sejarah.
7.      Numismatik
Yaitu tentang ilmu mata uang, asal usul, tekhnik pembuatan dan mitologi.
8.      Ilmu Keramik
Yaitu kajian tentang barang-barang untuk tembikar dan porselen.
9.      Geneologi
Yaitu pengetahuan tentang asal usul nenek moyang atau asal mula keluarga seseorang maupun beberapa orang
10.  Filologi
Yaitu ilmu tentang naskah – naskah kuno
11.  Bahasa
Yaitu penguasaan tentang beberapa bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa daerah yang diperlukan dalam penelitian sejarah.
12.  Statistik
Sebagai persentasi analisis dan interprestasi angka – angka terutama dalam Quantohistory atau Cliometry.
13.  Etnografi
Merupakan kajian bagian antropologi tentang deskripsi dan analisis kebudayaan suatu masyarakat tertentu.

D.      Tujuan dan Kegunaan Ilmu Sejarah
Secara rina dan sistematis notosusanto mengindenfikasi empat jenis kegunaan sejarah antara lain:
1.      Fungsi Edukatif
Artinya bahwa sejarah membawa dan mengajarkan kebijaksanaan ataupun keaktifan – keaktifan. Hal ini dikemukakan dalam ungkapan john seeley yang mempertautkan masa lampau dengan masa sekarang, oleh karena itu penting pula ungkapan. Ungkapan yaitu belajarlah dari sejarah atau sejarah yang mengajarkan kita.
2.      Fungsi Impiratif
Artinya mempelajari sejarah dapat memberikan inspirasi atau ilmu. Contohny: melalui belajar sejarah perjuangan bangsa, kita dapat terilhami untuk meniru dan bila perlu ”menciptaka” peristiwa serupa yang lebih besar dan paling tidak dengan belajar sejarah dapat memperkuat spirit dan moral. Meminjam filsuf spritual prancis henry bergson sebagai elan vital, yaitu sebagai energi hidup atau daya pendorong hidup yang memungkinkan segala pergerakan dalam kehidupan dan tindak tanduk manusia
3.      Fungsi Instruktif
Bahwa dengan belajar dapat berperan dalam proses pembelajaran pada salah satu kejuruan atau keterampilan tertentu seperti nafigasi, jurnalistik, senjata/ militer dan sebagainya.
4.      Fungsi Rekreasi
Artinya dengan belajar sejarah dapat memberikan rasa kesenangan maupun keindahan. Seorang pembelajar sejarah dapat terpesona oleh kisah sejarah yang mengagumkan atau menarik perhatian pembaca, baik itu berupa roman maupun cerita – cerita peristiwa lainnya. Selain itu, sejarah dapat memberikan rasa kesenangan lainya, seperti ”pesona perlawatan” yang dipaparkan dan digambarkan kepada kita melalui berbagai evidensi dan imaji. Sebagai dengan mempelajari berbagai peristiwa menarik diberbagai tempat, negara dan bangsa kita ibarat berwisata ke berbagai negara di dunia.






















E.     Teori-Teori Sejarah
Teori merupakan unsur yang sangat esensial dalam kajian tentang suatu fenomena, baik pada masa lalu maupun masa sekarang. Namun, untuk ilmu sejarah kedudukan teori menimbulkan perdebatan sengit, terutama antara aliran empirisme dan idealisme, khususnya mengenani penerapan hukum umum (general law) dan teori generalisasi (generalizing theory).
a)    Teori Gerak Siklus Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun (1332-1406) adalah seorang sejarawan dan filsuf sejarah Islam kelahiran Tunisia yang merupakan penggagas pertama dalam teori siklus ini, khususnya dalam sejarah pemikiran manusia, terutama dari dimensi sosial dan filosofis pada umumnya. Karya monumentalnya adalah Al-Muqadimmah (1284 H) yang secara orisinal dan luas membahas kajian sejarah, budaya, dan sosial.

b)   Teori Daur Kultural Spiral Giambattista Vico
Giambattista Vico (1668-1744) merupakan teori tentang gerak sejarah ibarat daur kultural spiral yang dimuat dalam The New Science (1973).

c)    Teori Tantangan dan Tanggapan Arnold Toynbee
Arnold Toynbee (1889-1975) adalah seorang sejarawan Inggris, ia pendukung teori siklus lahir-tumbuh-mendek-hancur. Seperti halnya Khaldun yang dikenal sebagai “jenius Arab”, Toynbee menganggap proses lahir-tumbuh-mandek-hancur suatu kehidupan sosial, lebih ditekankan pada masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya yang lebih luas dan komperhensif daripada studi terhadap suatu bangsa maupun periode tertentu. Karyanya yang berjumlah 12 jilid bernama A Study of History.

d)   Teori Dinamika Kemajuan Jan Romein
Jan Marius Romein adalah teoritisasi dan sejarawan Belanda (1893-1962) yang pertama kalinya melihat gejala lompatan dalam sejarah manusia sebagai suatu kecenderungan umum dan kemajuan maupun berkelanjutan. Karyanya adalah Dialektika kemajuan atau DE dialek van de Vooruitgang: Bijdrage tot het ontwikkelingsbegrip in de geschiedenis (1935).



e)    Teori Perkembangan Sejarah dan Masyarakat Karl Marx
Karl Heinrich Marx (1818-1883) ialah seorang ilmuan sosial revolusioner Jerman yang analisisnya tentang masyarakat kapitalis menjadi basis teoritis untuk pergerakan sosial dan politik. Konstribusi utama Marx terletak pada penekanan terhadap peran faktor ekonomi berubahnya cara masyarakat dalam memproduksi alat-alat subsistensi dalam membetuk jalannya sejarah. Teori-teorinya tentang gerak sejarah dan masyarakat tertuang dalam Die Deutch Ideologie (Ideologi Jerman) tahun 1845-1846.

f)    Teori Feminisme Wollstonecraft
Mary Wollstonecraft lahir di Inggris tahun 1759. Buku yang pertama ia tulis adalah Thoghts on the Educations of Daughter. Pada tahun 1785, ia beralih profesi sebagai penulis wanita, selanjutnya ia menerbitkan ulasan-ulasan, menerjemahkan karya-karya besar, serta menulis lagi banyak buku-bukunya. Dan lebih buruk lagi ia mendapatkan citra buruk karena dukungan penuhnya terhadap prinsip-prinsip republican dalam bukunya A Vindication of the Rights of Man (1790), yang merupakan salah satu dari sekian banyak tanggapan atas kritik Edmund Burke terhadap Revolusi Perancis. Karya yang paling terkenal adalah A Vindication of the Rights of Woman (1971), menyusul 2 tahun setelah memperoleh citra buruk atas karya sebelumnya.















BAB III
PEMBAHASAN

A.  Hubungan Ilmu Sejarah dengan Ilmu Sosial lainnya
     Selain mempunyai ilmu bantu dalam keilmuannya, sejarah juga menjalin hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama sesama ilmu sosial. Dalam hubungan ini yang terjadi adalah hubungan yang saling membutuhkan, disinilah letak perbedaannya dengan konsep ilmu bantu sejarah, dimana sejarah yang lebih dominan dalam membutuhkan bantuan guna mengungkap suatu permasalahan, lebih tepatnya kita dapat menyebutnya dengan kombinasi dari dua ilmu sosial.

Perkembangan Ilmu Sejarah pasca perang dunia II menunjukkan kecederungan kuat untuk mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah. Dasar pemikirannya adalah bahwa: pertama, sejarah deskriptif-deskriptif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan berbagai masalah atau gejala yang serba kompleks dalam peristiwa sejarah.

Kedua, pendekatan multidimensional yang bertumpu pada penggunaan konsep dan teori ilmu sosial paling tepat untuk memahami gejala atau masalah yang kompleks itu. Ketiga, dengan bantuan teori-teori ilmu sosial, yang menunjukkan hubungan antara faktor (inflasi, pendapatan nasional, pengangguran, dan sebagainya), maka pernyataan-pernyataan mengenai masa silam dapat dirinci, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Keempat, teori dalam ilmu sosial biasanya berkaitan denga struktur umum dalam kenyataan sosio-historis. Karena itu, teori-teori tersebut dapat digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang mempunyai jangkauan luas. Bila teori tersebut  diandalkan dan dipercaya, maka dengan menggunakan teori itu pengkajian sejarah juga dapat diandalkan seperti halnya ilmu-ilmu sosial yang terbukti kesahihan studinya. Dengan cara ini, pengkajian sejarah yang dihasilkan tidak lagi dominan dengan subjektifitas, yang sering dialamatkan kepadanya.

Studi yang menggunakan pendekatan ini akan melahirkan karya sejarah yang semakin antropologis (anthropological history) dan sejarah yang sosiologis (sosiologycal history).

          Meskipun penggunaan Kelima, studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif tentang “apa”, “siapa”, “kapan”, “dimana”, dan “bagaimana”, tapi juga ingin melacak berbagai struktur masyarakat (sosiologi), pola kelakuan (antropologi), dan lain sebagainya.

      Ilmu-ilmu sosial sangat penting, namun terdapat pula kalangan yang justru sebaliknya atau kontra dengan cara berpikir semacam itu. Keberatan mereka juga didasarkan pada beberapa pemikiran. Pertama, bahan sumber sejarah sering tidak lengkap, sehingga kurang memberi pegangan untuk menerapkan teori-teori ilmu sosial. Kedua, sering pendekatan sosio-historis disalahkan memotong kekayaan historis, karena ia hanya menaruh minat pada segi-segi tertentu dari masa silam yang dikaji dengan bantuan-bantuan ilmu-ilmu sosial. Alhasil, masa silam tidak dapat dipaparkan seutuhnya. Ketiga, pengkajian tradisional lebih mampu menampilkan suatu pemandangan mengenai masa silam daripada suatu pendekatan sosio-ekonomis yang hanya membeberkan angka-angka statistik. Dalam konteks ini, maka pendekatan hermeneutika memang lebih berhasil melukiskan wajah masa lalu. Keempat, pendekatan terhadap masa silam yang menggunakan teori-teori ilmu sosial hanya dapat digunakan sejauh dapat diandalkan. Kesahihan teori-teori sosial sering disanksikan. Sebab ia sering berpangkal pada pandangan-pandangan hidup, ideologi-ideologi politik atau modern yang sedang berlaku.

Terlepas dari pro dan kontra pengkajian sejarah menggunakan teori-teori ilmu sosial, namun patut direnungkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini hampir sudah sulit dibedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Pendekatan interdisipliner kini sangat dominan mewarnai wacana perkembangan ilmu peengetahuan. Sejarah sebagai salah satu bidang ilmu tidak seharusnya menarik diri dari fenomena itu, melainkan harus mampu bermain ditengahnya, sehingga tidak dianggap himpunan pengetahuan masa lalu semata, tanpa bisa memberikan konstribusi bagi pembangunan kehidupan manusia, sebagaimana visi sebuah ilmu pengetahuan.

Mengacu pada pemikiran tersebut, selanjutnya dikemukakan beberapa ilmu sosial dalam persinggungannya dengan studi sejarah. Lima disiplin yang dijelaskan yaitu: ilmu politik, antropologi, sosiologi, ekonomi, dan psikologi.


a.    Hubungan Imu Sejarah dengan Ilmu politik.
                 Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan penghimpunan kejadian- kejadian konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya mencatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi politik.
            Politik membutuhkan sejarah dan hampir semua peristiwa historis adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik. Sejarah adalah riwayat hidup ummat manusia, Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peradaban manusia. Melalui pelajaran ini segala ide- ide, kesuksesan dan peradaban manusia dikupas. Disini pula kita mengetahui kejadian- kejadian dahulu, gerak- gerik dan penyebab dimana memiliki timbal- baliknya pula.
             Disejarah juga terdapat pembahasan perkembangan ekonomi, sosial, agama, para cendekiawan, pergerakan artistik, perkembangannya dan juga membahas pertumbuhan dan kemunduran negara, organisasi dan sebab kegagalan mereka. Ilmu sejarah sangat dekat hubungannya dengan Ilmu politik: Professor Seely mengatakan: Sejarah tampa ilmu politik laksana pohon tampa buah, sedangkan ilmu politik tampa sejarah bagaikan pohon tampa akar, dapat disimpulkan keduanya sangat berhubungan dekat. Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik masa dahulu, sedangkan politik adalah sejarah dimasa kini.
     Beberapa fakta sejarah seperti yang dikatakan oleh Appadorai bahwa terdapat bagian dasar dari ilmu politik, dimana fakta- fakta sejarah memberikan kita materi mentah dari ilmu politik. Maka bagaimanakah kita mengolah mentah tersebut sehingga bermanfaat bagi kita.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
             Ilmu politik akan samar bila tidak disertai dengan sejarah, dimana sejarah juga akan terlihat pincang bila tidak diiringi dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut memiliki suatu keterkaitan yang tidak mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah pasti diiringi dengan sang hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu politik mengupas segala bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini dikategorikan sebagai sejarah.
             Seperti diterangkan di atas, sejak dahulu kala ilmu politik erat hubunganya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu data dan fakta dari masa lampau, untuk diolah lebih lanjut.
            Dalam buku pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Sartono menuliskan “Politik adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa lampau. Sejarah identik dengan politik, sejauh keduannya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan para aktor dalam interaksi dan peranannya dalam usaha memperoleh apa, kapan, dan bagaimana.


b.    Hubungan Ilmu Sejarah dengan Ilmu Ekonomi
         Ilmu ekonomi dan sejarah itu sama-sama termasuk kedalam ilmu sosial, yaitu ilmu yang membahas interaksi manusia dan lingkungannya. Itulah kenapa di SMP pelajaran ekonomi dan sejarah digabung. Karena berasal dari rumpun ilmu yang sama, terkadang materinyapun berkaitan bahkna terkadang tumpang-tindih. Misalnya, pada materi perdagangan internasional, di sejarah juga ada. Di sejarah disebutkan bahwa bangsa Eropa pergi ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Dengan belajar dari masa lalu (sejarah) kita juga dapat belajar supaya perekonomian dapat menjadi lebih baik.
Banyak kebijakan pemerintah kolonialmasa lalu yang dilandasi oleh kepentingan ekoomi. Misalnya, untuk memahami sejarah perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad XVI sampai abad XVIII, maka tidak dapat dipisahkan dari peran kongsi dagang Hindia Belanda Timur yakni VOC (Verenidge Oost Indische Compagnie).
Selain itu Terbentuknya jaringan navigasi atau transpoortasi perdagangan disatu pihak dan pihak lain, serta jaringan daerah industri dan bahan mentah mengakibatkan munculnya suatu sistem global ekonomi. Lahirnya sistem global ekonomi tersebut memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam tidak hanya pada bidak ekonomi saja, tetapi erat hubungannya dengan bidang lain misalnya bidang politik.
Sepanjang masa modern, yaitu lebih kurang sejak 1500, kekuatan-kekuatan ekonomis yang sentripetal mengarah ke pemusatan pasar dan produksi ke Eropa Barat, suatu pola perkembangan yang hingga Perang Dunia II masih tampak. Dari pertumbuhan ekonomi global yang kompleks itu menurut Kartodirdjo (1992:137) dapat diekstrapolasikan beberapa tema penting antara lain :
a)      Proses perkembangan ekonomi (economic development) dari sistem agraris ke sistem industrial, termasuk organisasi pertanian, pola perdagangan, lembaga-lembaga keuangan, kebijaksanaan komersial, dan pemikiran (ide) ekonomi.
b)      Pertumbuhan akumulasi modal mencakup peranan pertanian, pertumbuhan penduduk, dan peranan perdagangan internasional.
c)      Proses industrialisasi beserta soal-soal perubahan sosialnya.
d)     Sejarah ekonomi yang bertalian erat dengan permasalahan ekonomi, seperti halnya kenaikan harga, konjungtur produksi agraris, ekspansi perdagangan, dan sebagainya.
Dengan melihat hal-hal diatas, maka jelas bahwa komplektifitas sistem ekonomi dengan sendirinya menuntut pula pendekatan ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan lain sebagainya. Selanjutnya dalam perkembangan sejarah ekonomi mengalami pula diferensisasi dan subspesialisasi, antara lain dengan timbulnya sejarah pertanian, sejarah kota, sejarah bisnis, sejarah perburuhan, sejarah formasi kapital.

c.    Hubungan Ilmu Sejarah dengan Sosiologi
         Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya, secara tidak langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi dan ilmu sejarah tidak jauh berbeda, naun ilmu sejarah membatasinya dengan konsep ruang dan waktu. Sebagai sesama ilmu sosial yang kajiannya tidak jauh berbeda maka tidak sulit kita menemukan hubungan-hubungan keilmuan antara ilmu sejarah dengan sosiologi. Pada beberapa dasawarsa terakhir ini banyak sekali hasil-hasil penelitian sosiologi berupa studi sosiologis yang memfokuskan studinya pada geja;a-gejala sosial yang terjadi dimasa lampau (supardan, 2008:325), dengan memasukkan konsep ruang tadi maka dapat kita lihat bahwa kajian tersebut jelas menggunaka beberapa konsep dari ilmu sejarah untuk menjelaskan studi tersebut. Karya-karya seperti Pemberontakan Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial Masa Revolusi Industri di Inggris karya Smelzer, serta Asal Mula Sistem Totaliter dan Demokrasi karya Barrington Moore. Karya-karya tersebut sering disebut Sejarah Sosiologi. (Kartodirdjo dalam Supardan, 2008:325).
         Sejarawan juga terkadang melakukan pendekatan sosiologis dalam melakukan penelitian, bahkan bisa dikatakan mulai terdapat kecenderungan penulisan sejarah, dari yang bersifat konvensional dan naratif kepada penulisan sejarah dengan kompleksitas tinggi, dimana sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya saling berketergantungan dalam melakukan sebuah pembahasan masalah.
         Akhir-akhir ini sedang terjadi pula apa yang disebut sebagai gejala Rapprochement atau proses saling emendekat antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial. Metode kritis ini berkembang pesat sejak diciptakan oleh Mabilon sehingga terjadi inovasi-inovasi yang sangat penting dalam sejarah, yang mana dapat menyelamatkan sejarah dari “kemacetan” (Kartodirdjo, 1992:120).  Sebab jika dipandang dari titik sejarah konvensional, perubahab metodologi tersebut sangat revolusioner dengan meninggalkan model penulisan sejarah naratif. Dikatakan revolusioner karena ilmu sejarah lebih bergeser ke ilmu sosial. Kombinasi antara berbagai perspektif akan mampu mengekstrapolasikan interdependensi antara berbagai aspek kehidupan. Dalam hal ini, sejarawan tidak langsung berurusan dengan kausalitas, tetapi lebih banyak dengan kondisi-kondisi dalam berbagai dimensinya. (http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Sejarah.pdf)

d.   Hubungan Ilmu Sejarah dengan Antropologi
         Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah , sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya adalah simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, sumbangan ilmu sejarah terhadap antropologi adalah, sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah. Titik temu antara antropologi budaya dan ilmu sejarah sangatlah jelas. Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila ilmu sejarah menggambarkan kehidupan manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambarah itu juga mencakup unsur-unsur kebudayaannya. Unsur-usur itu antara lain, kepercayaan, mata pencaharian, dan teknologi.
e.    Ilmu Sejarah dengan Psikologi
Ilmu psikologi sangat berkaitan dengan mental dan kejiwaan mausia. Manusia yang menjadi objek kajian sejarah tidak hanya sekedar dijelaskan mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang ditimbulkan dari tindakan itu? Mengapa seseorang melakukan tindakan itu ? Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan yang bersangkutan. Kondisi itu dapat disebabkan oleh rangsangan dari luar atau lingkungannya, dapat pula dari dalam dirinya sendiri. Penggunaan psikologi dalam ilmu sejarah, melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.
Dalam cerita sejarah, aktor atau pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sebagai aktor individu tidak lepas dari peranan faktor-faktor internal yang bersifat psikologis, motivasi, minat, konsep diri, dan sebagainya yang selalu berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal yang bersifat sosiologis, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya, dan sebagainya. Begitupun dalam aktor yang bersifat kelompok menunjukkan aktivitas kolektif, yaitu suatu gejala yang menjadi objek khusus psikologi sosial. Dalam berbagai peeristiwa sejarah, perilaku kolektif sangat mencolok, antara lain sewaktu ada huru hara, masa mengamuk (mob), gerakan sosial, atau protes yang revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan psikologidari motivasi, sikap, dan tindakan kolektif (Kartodirdjo, 1992:139). Disitulah psikologi berperan untuk megungkap beberapa faktor tersembunya sebagai bagian dari proses mental.


B.     Kegunaan Sejarah Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
Kegunaannya yaitu:
1.      Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Contohnya:  Buku the religion of china yang ditulis oleh Max Weber, Buku Kal Wittfogel, oriental despotism, yang berisi teori tentang hydraulic society.
2.      Permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial
Contohnya:  Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang struktur masyarakat Jawa,  Buku Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord and Peasant in the Making of the Modern World.
3.      Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial yang sinkronis
Contohnya:  Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia dan The Social History of an Indonesian Town

 Kegunaan Ilmu-Ilmu Sosial Untuk Sejarah
Pengaruh ilmu sosial pada sejarah dapat kita golongkan ke dalam 4 macam yaitu:
        Penggunaan ilmu sosial dalam sejarah itu bervariasi.  Variasi itu ialah
1.      Yang menolak sama sekali
2.      Yang menggunakan secara implisit
3.      Yang menggunakan secara eksplisit
4.      Yang campuran dan kekaburan batas
Yang menolak sama sekali penggunaan ilmu-ilmu sosial berpendapat:
1.      Karena penggunaan ilmu sosial akan berarti hilangnya jati diri sejarah sebagai ilmu yang diakui keberadaannya, jadi sejarah cukup dengan common sense (akal sehat, nalar umum, akal sehari-hari) dan penggunaan dokumen secara kritis.
2.      Karena penggunaan ilmu-ilmu sosial hanya akan menjadikan sejarah sebagai ilmu yang tertutup secara akademis dan personal.  Secara akademis, tanpa ilmu sosial, sejarah bersifat multidisipliner sedangkan dengan ilmu sosial, sejarah akan kehilangan sifat kemandiriannya sebagai the ultimate interdisciplinarian.  Secara personal, sejarah akan punya peristilahan teknis dan ini tidak menguntungkan.




Adapun penggunaan ilmu-ilmu sosial meliputi:
1.      Konsep
Bahasa Latin conceptus berarti gagasan atau ide.  Sadar atau tidak, sejarawan banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu sosial.
2.      Teori
Bahasa Yunani theoria berarti, diantaranya, “kaidah yang mendasari gejala, yang sudah melalui verifikasi”; ini berbeda dengan hipotesis.  Teori-teori dalam ilmu sosial banyak digunakan oleh sejarawan untuk membantu mengungkap sejarah.
3.      Permasalahan
Dalam sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu sosial yang dapat diangkat menjadi topik-topik penelitian sejarah.
4.      Pendekatan
Pendekatan ilmu sosial digunakan oleh semua tulisan sejarah yang melibatkan penelitian suatu gejala sejarah dengan jangka yang relative panjang (aspek diakronis) dan yang melibatkan penelitian aspek ekonomi, masyarakat, atau politik (aspek sinkronis).
            Perkembangan penlitian dan penulis sejarah, terutama pada abad XX, menunjukkan bahwa sejarawan pada saat itu telah membiasakan diri untuk mengenal dan menggunakan konsep baik yang dikenal dalam lingkungan sejarah sendiri maupun dari ilmu sosial. Ketika menganalisis peristiwa atau fenomena masa lampau, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang relevan dengan pokok kajiannya agar memberikan karakteristik ilmiah pada sejarah. Pembahasan mengenai keterkaitan ilmu sejarah dengan ilmu sosial lain juga bukan hal yang baru. Bien (1974:84 dalam Ardhana) menjelaskan betapa pentingnya ilmu-ilmu sosial mencari hubungan dalam usaha memberikan penjelasan fenomena sosial. Penelitian sosial tidaklah dilaksanakan dalam isolasi, peneliti berinteraksi dengan ruang lingkup masalah yang kompleks.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ilmu sejarah memiliki pengertian sebagai rekonstruksi masa lalu. Khususnya di Eropa, kegiatan ini dilakukan oleh Herodotus, yang menulis The History of Persian Wars (Sejarah Peperangan Orang Persia). Herodotus adalah seorang Yunani yang hidupnya berkelana di sekitar daerah Yunani sampai Laut Hitam. Dalam perjalanannya ini ia menulis mengenai bangsa-bangsa yang dikunjunginya dan juga menulis mengenai perang orang-orang Persia. Oleh karena itu ia disebut sebagai Bapak Sejarah. 

 Kegiatan penulisan sejarah ini dilanjutkan oleh Thucydides, Polybius, Julius Caesar, Titus Livius, Augustine, Orosius, Otto of Friesing, Niccolo Machiavelli, Jean Mabillon, David Hume, Voltaire, Edward Gibbon, Leopold von Ranke, Marc Bloch, Henri Pirenne, James Harvey Robinson, Ibn Khaldun, Al-Tabari, Sima Qian. Dengan banyaknya yang menulis sejarah, metode sejarah pun semakin berkembang dan sejarah pun menjadi semakin jelas keilmiahannya.

Beberapa konsep yang dikembangkan dalam ilmu sejarah, antara lain perubahan, peristiwa, sebab akibat, nasionalisme, kemerdekaan, kolonialisme, revolusi, fanatisme, komunisme, peradaban, perbudakan, waktu, feminisme, liberalisme, dan konservatisme. Selain itu, teori-teori yang ada dalam ilmu sejarah antara lain teori gerak siklus sejarah Ibnu Khaldun, teori daur kultural spiral Giambattista Wittfogel, teori perkembangan sejarah dan masyarakat Karl Marx, dan teori feminisme Wollstonecraft. Di dalam penulisan sejarah, diperlukan adanya generalisasi, periodisasi, dan kronologi. Sejarah banyak memberikan manfaat bagi yang mempelajarinya dan mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat.
Kegunaan sejarah menurut Notosusanto (1979:4-10) yang pertama adalah fungsi edukatif, yaitu sejarah mengajarkan kebijaksanaan dan , yang kedua adalah fungsi inspiratif, maksudnya ketika kita belajar sejarah, maka kita akan mendapatkan inspiratif ataupun ilham. Ketiga adalah fungsi instruktif, yaitu belajar sejarah dapat membawa kita pada salah satu kejuruan ataupun keterampilan. Dan yang terakhir yaitu fungsi rekreasi adalah dalam belajar sejarah kita akan mendapatkan kesenangan dan keindahan
Dengan demikian, keberadaan sejarah akan lebih penting dari hanya sekedar pemuas rasa ingin tahu masyarakat akan tetapi juga akan menjadi suatu yang sangat penting bagi orientasi partisipasi yang bermakna untuk kehidupan manusia.
Pengertian sejarah yang setelah dilihat secara umum dari para ahli ialah memiliki makna sebagai cerita, atau kejadian yang benar-benar telah terjadi pada masa lalu. Dalam perkembangannya, ilmu sejarah mempunya sejarah yang dimulai dari tulisan-tulisan sejarah di Eropa, pertama kali muncul dalam bentuk puisi, yaitu Homerus 9Homer) dengan karyanya  Iliad dan Odyssey, dan didalam perkembangannya itu terdapat konflik para sejarawan tentang penulisan dan isi dari sejarah hingga munculnya dua kebagkitan kembali unsur lama dalam ilmu sejarah, yakni kebangkitan kembali politik dan narasi. Bersamaan dengan perkembangannya, maka ilmu sejarah memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yaitu dalam subjek kejiannya, yang dapat dilihat dari sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, dan psikologi. Karena pembahasan ilmu sejarah meliputi masyarakat dimasa lalu yang berupa peristiwa yang unik dan mengubah hidup masyarakat tersebut. Maka ilmu-ilmu sosial dan sejarah saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.












B.     Saran
Seperti yang telah kita ketahui, sejarah mempunyai arti penting dalam kehidupan kita, salah satunya adalah dibidang pedidikan, dimana kita bisa memperoleh ilmu serta pengetahuan, yang dapat kita jadikan sebuah hikmah baik yang positif maupun yang negatif sekalipun. Untuk nilai-nilai yang positif yakni keberhasilan-keberhasilan yang sudah kita peroleh, kita pertahankan dan tingkatkan lagi, dan sebaliknya. Untuk nilai-nilai yang negatif, kesalahan-kesalahan yang telah terjadi dimasa lampau, hendaknya tidak terulang lagi. Seperti yang kerap kita dengar. “belajarlah dari kesalahan dimasa lalu” yang memiliki makna bahwa hendaknya kita selalu senantiasa belajar dari kejadian-kejadian dimasa lalu, agar kehidupan kita menjadi lebih baik lagi.





















Daftar Pustaka

ABD Rahman Hamid dan Muhammad SH. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Gazalba, Sidi. 1996. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. BharataraKarya Aksara. Jakarta.
Supardan, Dadang. 2007. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Sejarah.pdf

No comments:

Post a Comment