alhamdulillah
tugas ilmu sosial akhirnya jadi
setelah revisi berkali kali ini hasilnya -___-
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika
kita mereung secara mendalam maka kita akan mengetahui bahwa setiap manusia
pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas untuk dikenang, baik yang
menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap detik,
menit, jam, hari, bulan, tahun, dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia
merupakan bagian dari masa lalu. Catatan-catatan mengenai masa lalu yang kita
lewati sering disebut dengan istilah Sejarah.
Istilah
sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata syajara dan syajarah. Syajara
berarti terjadi dan syajarah berarti pohon yang kemudian diartikan sebagai
silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh (Latin),
history (Inggris), histoire (Perancis), geschiedenis (Belanda), dan lain
sebagainya. Kata syajarah yang telah diubah menjadi sejarah masuk kedalam
perbendaharaan bahasa Indonesia melalui bahasa Melayu. Sejarah, dalam bahasa
Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi
atau riwayat asal-usul keturunan (terutama untuk raja yang memerintah). Pada
umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian masa lampau.
Sebagai
cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan
menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang,
keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan
kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara
hisoris. Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian
dari Ilmu Budaya (Humaniora). Akan tetapi, sekarang ini sejarah lebih sering
dikategorikan sebagai ilmu sosial, terutama bila menyangkut peruntutan sejarah
secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang
berhubungandengan manusia di masa lalu. Sejarah dibagi menjadi kedalam beberapa
sub dan bagian khusus lainnya seperti kronologi, historiografi, genealogi,
paleografi, dan klimotrik.
Sejarah
sebagai salah satu ilmu sosial sudah sepantasnya penulis pelajari karena
penulis menempuh pendidikan tinggi dijurusan yang bernaung dibawah Fakultas
Ilmu Sosial. Penulis juga merasa perlu mengetahui berbagai hal menarik mengenai
ilmu sejarah karena selain mempelajari masalalu sejarah juga akan menuntun kita
dalam menapaki masa depan. Berdasarkan atas beberapa hal diatas maka penulis
merasa perlu guna mengangkat sejarah sebagai salah satu topik karya tulis yang
disusun dalam bentuk makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis dapat
merumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana
sejarah dan perkembangan ilmu sejarah ?
2. Bagaimana
manfaat dan hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya ?
C. Tujuan
Adapun
tujuan yang penulis ingin capai dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
antara lain:
1. Untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu sejarah
2. Untuk
mengetahui hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya
3. Untuk
mengetahui konsep-konsep sejarah
4. Untuk
mengetahui teori-teori ilmu sejarah
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Pengertian Ruang lingkup Sejarah
Istilah sejarah berasal dari bahasa arab, yakni dari kata syaratun (dibaca
syajarah), yang memliki arti Pohon kayu. Arti pohon kayu disini adalah adanya suatu kejadian,
perkembangan atau pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu
kesenambungan (komunitas).
Ada penelitian yang menganggap bahwa arti kata sejarah tidak sama dengan
kata sejarah, sebab sejarah bukan hanya bermakna sebagai pohon keluarga, asal
usul atau silsilah. Dengan demikian
pengertian sejarah yang dipahami sekarang ini dari alih bahasa inggris,
yakni histori yang bersumber dari bahasa yunani kono hirtorika yang berarti
belajar dengan cara bertanya – tanya kata historia di artikan sebagai telcahan
mengenai gejala – gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis.
Arti sejarah yang dikaitkan dengan arti kata sejarah dan dihitungkan pula
dengan kata history, bersumber dari kata historia (bahasa Yunani kono) dapat
disimpulkan bahwa arti kata sejarah sendiri memiliki makna sebagai cerita atau
kejadian yang benar – benar telah terjadi pada masa lalu.
B. Konsep Ilmu Sejarah
1. Perubahan
Istilah yang mengacu kepada sesuatu hal yang menjdi ”tampil berbeda”.
Konsep demikian penting dalam sejarah dan pembelajaran sejarah, mengingat
sejarah itu sendiri pada hakekatnya adalah perubahan.
2. Peristiwa
Sebagai keunikan dalam suatu kejadian yang menarik atau luar biasa. Dalam penelitian
sejarah peristiwa selalu menjadi objek
kajian, mengingat salah satu karakteristik ilmu sejarah adalah mencari keunikan
”yang terjadi pada suatu peristwa tertentu dengan penekanan pada tradisi –
tradisi relativisme
3. Sebab dan Akibat
Sebab adalah faktor – faktor determinan fenomena pendahulu yang mendorong
terjadinya sesuatu perbuatan, perubahan maupun peristiwa sedangkan akibat
adalah sesuatu yang menjadikan kesudahan atau hasil suatu perbuatan maupun
dampak dan peristiwa.
4. Hasionalisme
Rasa kebangsaan, dimana kepentingan negara dan bangsa mendapat peerhatian
besar dalam kehidupan bernegara.
5. Kemerdkaan atau kebebasan
Nilai utama dalam kehidupan politik bagi setiap ngara dan bangsa maupun
umat manusia yang senantiasa diagungkan sekalipun tidak selamanya di
praktikkan.
6. Kolonialisme
Merujuk pada bagian imprialisme dalam ekspansi bangsa – bangsa Eropa barat
keberbagai wilayah lainnya didunia sejak abad ke-15 dan 16
7. Revolusi
Merujuk pada suatu pengertian tentang perubahan sosial politik yang
radikal, berlansung cepat dan besar – besaran.
8. Fasisme/ Facism
Adalah nama pengorganisasian pemerintahan dan masyarakat secara totaliter
oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat memiliki rasa nasionalisme yang
sempit, rasialis, meliteristis dan imperialis
9. Komonisme
Merupakan suatu impian untuk meciptakan masyarakt ideal yang dapat
mensejahterakan semua manusia melalui rangkaian program akumulasi modal
antikapitalis atau westernisasi secara cepat melalui berbagai revisi ajaran
karl marx.
10. Peradaban/
civilization
Merupakan suatu konsep yang merujuk pada suatu entitas kultural seluruh
pandangan hidup manusia yang mencakup nilai, norma, institusi dan pola pikir
terpenting dari suatu masyarakat yang mewariskan dari generasi ke generasi
11. Perbudakan/
Siavery
Suatu istilah yang menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang maupun
kelompok tidak memiliki kedudukan dan peranan sebagai manusia yang memiliki hak
asasi sebagai manusia yang layak.
12. Waktu
Konsep waktu dalam hal ini (hari, tanggal, bulan, tahun, windu dan abad)
merupakan konsep ensensial dalam sejarah
13. Feminisme
Adalah nama suatu gerakan emansipasi wanita dan subordinasi pria
14. Liberalisme
Merajuk pada kebebasan seluas - luasnya
15. Konervatisme
Meyakini bahwa realitas suatu masyarakat dapat ditemukan pada perkembangan
sejarahnya
C.Metode dan Ilmu Bantu Sejarah
Menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk diselidiki antara lain:
1. Mencari sumber tentang fakta
historis
2. Meringkas dan mengevaluasi sumber – sumber historis, dan
3. Menyajikan fakta – fakta yang bersangkutan dalam suatu kerangka interfektif
Secara sederhana, ismaun
mengemukakan bahwa dalam metode sejarah meliputi:
1. Heuristik (pengumpulan sumber – sumber)
2. Kritik atau analisis sumber (eksternal dan internal)
3. Interprestasi
4. Historiografi (penulisan sejarah)
Sjamsuddin merincikan ada tujuh kriteria yang dipersyaratkan sebagai
sejarawan sebagai berikut:
1. Kemampuan praktis dan mengartikulasi dan mengekspresikan pengetahuannya
secara menarik, baik secara tertulis maupun lisan.
2. Kecakapan membaca dan / atau berbicara dalam satu atau dua bahasa asing
atau daerah
3. Menguasai satu ataulebih disiplin kedua, terutama ilmu-ilmu sosial lain,
seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, atau ilmu-ilmu
kemanusiaan {humaniora}, seperti filsafat, seni atau sastra
4. Kelengkapan dalam penggunaan pemahaman (Insihgt) psikologi, kemampuan
imajinasi, dan empati
5. Kemampuan membedakan antara profesi sejarah dan sekedar hobi antikuarian
yaitu pengumpulan benda-benda antik
6. Pendidikan yang luas (Broad Culture) selama hidup sejak dari masa kecil
7. Dedikasi pada profesi dan integritas pribadi, baik secara sejarawan
peneliti maupun sebagai sejarawan pendidik
Dikemukakan pula oleh Gray bahwa seorang sejarahwan minimal memiliki enam
tahap dalam penelitian
sejarah:
1. Memilih suatau topik yang sesuai
2. Mengusut semua evidensi/bukti yang relevan dengan topik
3. Membuat catatan-catatan penting dan relevan dengan topik yang ditemukan
ketika penelitian diadakan
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan atau
melakukam kritik sumber secara ekternal dan internal
5. Mengusut hasil- hasil penelitian dengan mengumpulkan catatan fakta- fakta
secara sistematis
6. Menyajikan dalam suatu cara yang menarik serta mengkomunikasikannya kepada
para pembaca dengan menarik pula.
Sedangkan sebagai ilmu bantu sejarah terdiri atas hal-hal sebagai berikut:
1. Paleontologi
Yaitu ilmu tentang bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah ada di
permukaan bumi, terutama fosil-fosil.
2. Arkeologi
Yaitu kajian ilmiah mengenai hasil kebudayaan baik dalam periode prasejarah
maupun periode sejarah yang ditemukan melalui eskavasi-eskavasi di situs-situs
arkeologi.
3. Paleontrofologi
Yaitu ilmu tentang manusia-manusia purba atau antropologi ragawi.
4. Paleografi
Yaitu kajian tentang tulisan-tulisan
kuno, termsuk ilmu membaca dan penentuan waktu / tanggal / tahun.
5. Epigrafi
Yaitu pengetahuan tentang cara
membaca, menentukan waktu serta menganalisis tulisan kuno pada benda-benda yang
dapat bertahan lama (batu, logam dan sebagainya).
6. Ikonografi
Yaitu area-area atau
patung-patung kuno sejak zaman prasejarah maupun sejarah.
7. Numismatik
Yaitu tentang ilmu mata uang,
asal usul, tekhnik pembuatan dan mitologi.
8. Ilmu Keramik
Yaitu kajian tentang
barang-barang untuk tembikar dan porselen.
9. Geneologi
Yaitu pengetahuan tentang asal
usul nenek moyang atau asal mula keluarga seseorang maupun beberapa orang
10. Filologi
Yaitu ilmu tentang naskah –
naskah kuno
11. Bahasa
Yaitu penguasaan tentang beberapa
bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa daerah yang diperlukan dalam penelitian
sejarah.
12. Statistik
Sebagai persentasi analisis dan
interprestasi angka – angka terutama dalam Quantohistory atau Cliometry.
13. Etnografi
Merupakan kajian bagian
antropologi tentang deskripsi dan analisis kebudayaan suatu masyarakat
tertentu.
D.
Tujuan dan Kegunaan Ilmu Sejarah
Secara rina dan sistematis notosusanto mengindenfikasi empat jenis kegunaan
sejarah antara lain:
1. Fungsi Edukatif
Artinya bahwa sejarah membawa dan mengajarkan kebijaksanaan ataupun
keaktifan – keaktifan. Hal ini dikemukakan dalam ungkapan john seeley yang
mempertautkan masa lampau dengan masa sekarang, oleh karena itu penting pula
ungkapan. Ungkapan yaitu belajarlah dari sejarah atau sejarah yang mengajarkan
kita.
2. Fungsi Impiratif
Artinya mempelajari sejarah dapat memberikan inspirasi atau ilmu. Contohny:
melalui belajar sejarah perjuangan bangsa, kita dapat terilhami untuk meniru
dan bila perlu ”menciptaka” peristiwa serupa yang lebih besar dan paling tidak
dengan belajar sejarah dapat memperkuat spirit dan moral. Meminjam filsuf
spritual prancis henry bergson sebagai elan vital, yaitu sebagai energi hidup
atau daya pendorong hidup yang memungkinkan segala pergerakan dalam kehidupan
dan tindak tanduk manusia
3. Fungsi Instruktif
Bahwa dengan belajar dapat berperan dalam proses pembelajaran pada salah
satu kejuruan atau keterampilan tertentu seperti nafigasi, jurnalistik,
senjata/ militer dan sebagainya.
4. Fungsi Rekreasi
Artinya dengan belajar sejarah dapat memberikan rasa kesenangan maupun
keindahan. Seorang pembelajar sejarah dapat terpesona oleh kisah sejarah yang
mengagumkan atau menarik perhatian pembaca, baik itu berupa roman maupun cerita
– cerita peristiwa lainnya. Selain itu, sejarah dapat memberikan rasa
kesenangan lainya, seperti ”pesona perlawatan” yang dipaparkan dan digambarkan
kepada kita melalui berbagai evidensi dan imaji. Sebagai dengan mempelajari
berbagai peristiwa menarik diberbagai tempat, negara dan bangsa kita ibarat
berwisata ke berbagai negara di dunia.
E. Teori-Teori Sejarah
Teori merupakan unsur yang sangat
esensial dalam kajian tentang suatu fenomena, baik pada masa lalu maupun masa
sekarang. Namun, untuk ilmu sejarah kedudukan teori menimbulkan perdebatan
sengit, terutama antara aliran empirisme dan idealisme, khususnya mengenani
penerapan hukum umum (general law) dan teori generalisasi (generalizing theory).
a) Teori Gerak
Siklus Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun (1332-1406) adalah
seorang sejarawan dan filsuf sejarah Islam kelahiran Tunisia yang merupakan
penggagas pertama dalam teori siklus ini, khususnya dalam sejarah pemikiran
manusia, terutama dari dimensi sosial dan filosofis pada umumnya. Karya
monumentalnya adalah Al-Muqadimmah (1284 H) yang secara orisinal dan luas
membahas kajian sejarah, budaya, dan sosial.
b) Teori Daur
Kultural Spiral Giambattista Vico
Giambattista Vico (1668-1744)
merupakan teori tentang gerak sejarah ibarat daur kultural spiral yang dimuat
dalam The New Science (1973).
c) Teori
Tantangan dan Tanggapan Arnold Toynbee
Arnold Toynbee (1889-1975) adalah
seorang sejarawan Inggris, ia pendukung teori siklus lahir-tumbuh-mendek-hancur. Seperti halnya Khaldun yang dikenal
sebagai “jenius Arab”, Toynbee menganggap proses lahir-tumbuh-mandek-hancur suatu kehidupan sosial, lebih ditekankan
pada masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya yang lebih luas dan
komperhensif daripada studi terhadap suatu bangsa maupun periode tertentu.
Karyanya yang berjumlah 12 jilid bernama A
Study of History.
d) Teori
Dinamika Kemajuan Jan Romein
Jan Marius Romein adalah teoritisasi
dan sejarawan Belanda (1893-1962) yang pertama kalinya melihat gejala lompatan
dalam sejarah manusia sebagai suatu kecenderungan umum dan kemajuan maupun
berkelanjutan. Karyanya adalah Dialektika
kemajuan atau DE dialek van de Vooruitgang: Bijdrage tot het
ontwikkelingsbegrip in de geschiedenis (1935).
e) Teori
Perkembangan Sejarah dan Masyarakat Karl Marx
Karl Heinrich Marx (1818-1883) ialah
seorang ilmuan sosial revolusioner Jerman yang analisisnya tentang masyarakat
kapitalis menjadi basis teoritis untuk pergerakan sosial dan politik.
Konstribusi utama Marx terletak pada penekanan terhadap peran faktor ekonomi
berubahnya cara masyarakat dalam memproduksi alat-alat subsistensi dalam
membetuk jalannya sejarah. Teori-teorinya tentang gerak sejarah dan masyarakat
tertuang dalam Die Deutch Ideologie
(Ideologi Jerman) tahun 1845-1846.
f) Teori
Feminisme Wollstonecraft
Mary Wollstonecraft lahir di Inggris
tahun 1759. Buku yang pertama ia tulis adalah Thoghts on the Educations of Daughter. Pada tahun 1785, ia beralih
profesi sebagai penulis wanita, selanjutnya ia menerbitkan ulasan-ulasan,
menerjemahkan karya-karya besar, serta menulis lagi banyak buku-bukunya. Dan
lebih buruk lagi ia mendapatkan citra buruk karena dukungan penuhnya terhadap
prinsip-prinsip republican dalam bukunya A
Vindication of the Rights of Man (1790), yang merupakan salah satu dari
sekian banyak tanggapan atas kritik Edmund Burke terhadap Revolusi Perancis.
Karya yang paling terkenal adalah A
Vindication of the Rights of Woman (1971), menyusul 2 tahun setelah
memperoleh citra buruk atas karya sebelumnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hubungan Ilmu Sejarah dengan Ilmu Sosial lainnya
Selain
mempunyai ilmu bantu dalam keilmuannya, sejarah juga menjalin hubungan dengan
ilmu-ilmu lainnya, terutama sesama ilmu sosial. Dalam hubungan ini yang terjadi
adalah hubungan yang saling membutuhkan, disinilah letak perbedaannya dengan
konsep ilmu bantu sejarah, dimana sejarah yang lebih dominan dalam membutuhkan
bantuan guna mengungkap suatu permasalahan, lebih tepatnya kita dapat
menyebutnya dengan kombinasi dari dua ilmu sosial.
Perkembangan Ilmu Sejarah pasca
perang dunia II menunjukkan kecederungan kuat untuk mempergunakan pendekatan
ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah. Dasar pemikirannya adalah bahwa: pertama, sejarah deskriptif-deskriptif
sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan berbagai masalah atau gejala yang
serba kompleks dalam peristiwa sejarah.
Kedua, pendekatan
multidimensional yang bertumpu pada penggunaan konsep dan teori ilmu sosial paling
tepat untuk memahami gejala atau masalah yang kompleks itu. Ketiga, dengan bantuan teori-teori ilmu
sosial, yang menunjukkan hubungan antara faktor (inflasi, pendapatan nasional,
pengangguran, dan sebagainya), maka pernyataan-pernyataan mengenai masa silam
dapat dirinci, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Keempat, teori
dalam ilmu sosial biasanya berkaitan denga struktur umum dalam kenyataan
sosio-historis. Karena itu, teori-teori tersebut dapat digunakan untuk
menganalisis perubahan-perubahan yang mempunyai jangkauan luas. Bila teori
tersebut diandalkan dan dipercaya, maka
dengan menggunakan teori itu pengkajian sejarah juga dapat diandalkan seperti
halnya ilmu-ilmu sosial yang terbukti kesahihan studinya. Dengan cara ini,
pengkajian sejarah yang dihasilkan tidak lagi dominan dengan subjektifitas,
yang sering dialamatkan kepadanya.
Studi yang menggunakan pendekatan
ini akan melahirkan karya sejarah yang semakin antropologis (anthropological
history) dan sejarah yang sosiologis (sosiologycal history).
Meskipun penggunaan Kelima, studi
sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif tentang “apa”,
“siapa”, “kapan”, “dimana”, dan “bagaimana”, tapi juga ingin melacak berbagai
struktur masyarakat (sosiologi), pola kelakuan (antropologi), dan lain
sebagainya.
Ilmu-ilmu
sosial sangat penting, namun terdapat pula kalangan yang justru sebaliknya atau
kontra dengan cara berpikir semacam itu. Keberatan mereka juga didasarkan pada
beberapa pemikiran. Pertama, bahan
sumber sejarah sering tidak lengkap, sehingga kurang memberi pegangan untuk
menerapkan teori-teori ilmu sosial. Kedua,
sering pendekatan sosio-historis disalahkan memotong kekayaan historis, karena
ia hanya menaruh minat pada segi-segi tertentu dari masa silam yang dikaji
dengan bantuan-bantuan ilmu-ilmu sosial. Alhasil, masa silam tidak dapat
dipaparkan seutuhnya. Ketiga,
pengkajian tradisional lebih mampu menampilkan suatu pemandangan mengenai masa
silam daripada suatu pendekatan sosio-ekonomis yang hanya membeberkan
angka-angka statistik. Dalam konteks ini, maka pendekatan hermeneutika memang
lebih berhasil melukiskan wajah masa lalu. Keempat,
pendekatan terhadap masa silam yang menggunakan teori-teori ilmu sosial hanya
dapat digunakan sejauh dapat diandalkan. Kesahihan teori-teori sosial sering
disanksikan. Sebab ia sering berpangkal pada pandangan-pandangan hidup,
ideologi-ideologi politik atau modern yang sedang berlaku.
Terlepas dari pro dan kontra
pengkajian sejarah menggunakan teori-teori ilmu sosial, namun patut direnungkan
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini hampir sudah sulit dibedakan
antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Pendekatan
interdisipliner kini sangat dominan mewarnai wacana perkembangan ilmu
peengetahuan. Sejarah sebagai salah satu bidang ilmu tidak seharusnya menarik
diri dari fenomena itu, melainkan harus mampu bermain ditengahnya, sehingga
tidak dianggap himpunan pengetahuan masa lalu semata, tanpa bisa memberikan
konstribusi bagi pembangunan kehidupan manusia, sebagaimana visi sebuah ilmu
pengetahuan.
Mengacu pada pemikiran tersebut,
selanjutnya dikemukakan beberapa ilmu sosial dalam persinggungannya dengan
studi sejarah. Lima disiplin yang dijelaskan yaitu: ilmu politik, antropologi,
sosiologi, ekonomi, dan psikologi.
a. Hubungan Imu
Sejarah dengan Ilmu politik.
Sejarah
adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan
penghimpunan kejadian- kejadian konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas
pada apa yang terdapat dalam sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara
belum memberikan gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa
lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya mencatat apa yang pernah
terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi,
juga apa yang kini sedang berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu
masyarakat, ditinjau dari segi politik.
Politik
membutuhkan sejarah dan hampir semua peristiwa historis adalah peristiwa
politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan
perbandigan dari buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu
politik. Sejarah adalah riwayat hidup ummat manusia, Sejarah merupakan ilmu
yang mempelajari peradaban manusia. Melalui pelajaran ini segala ide- ide,
kesuksesan dan peradaban manusia dikupas. Disini pula kita mengetahui kejadian-
kejadian dahulu, gerak- gerik dan penyebab dimana memiliki timbal- baliknya
pula.
Disejarah juga terdapat pembahasan perkembangan ekonomi, sosial, agama, para
cendekiawan, pergerakan artistik, perkembangannya dan juga membahas pertumbuhan
dan kemunduran negara, organisasi dan sebab kegagalan mereka. Ilmu sejarah
sangat dekat hubungannya dengan Ilmu politik: Professor Seely mengatakan:
Sejarah tampa ilmu politik laksana pohon tampa buah, sedangkan ilmu politik
tampa sejarah bagaikan pohon tampa akar, dapat disimpulkan keduanya sangat
berhubungan dekat. Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik
masa dahulu, sedangkan politik adalah sejarah dimasa kini.
Beberapa
fakta sejarah seperti yang dikatakan oleh Appadorai bahwa terdapat bagian dasar
dari ilmu politik, dimana fakta- fakta sejarah memberikan kita materi mentah
dari ilmu politik. Maka bagaimanakah kita mengolah mentah tersebut sehingga
bermanfaat bagi kita.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
Ilmu politik akan samar bila tidak disertai
dengan sejarah, dimana sejarah juga akan terlihat pincang bila tidak diiringi
dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut memiliki suatu keterkaitan yang tidak
mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah pasti diiringi dengan sang
hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu politik mengupas segala
bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini dikategorikan sebagai sejarah.
Seperti diterangkan di atas, sejak dahulu kala
ilmu politik erat hubunganya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan
alat yang paling penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu
data dan fakta dari masa lampau, untuk diolah lebih lanjut.
Dalam buku pendekatan Ilmu
Sosial dalam Metodologi Sejarah Sartono menuliskan “Politik adalah sejarah masa
kini dan sejarah adalah politik masa lampau. Sejarah identik dengan politik,
sejauh keduannya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan para aktor dalam
interaksi dan peranannya dalam usaha memperoleh apa, kapan, dan bagaimana.
b. Hubungan
Ilmu Sejarah dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu
ekonomi dan sejarah itu sama-sama termasuk kedalam ilmu sosial, yaitu ilmu yang
membahas interaksi manusia dan lingkungannya. Itulah kenapa di SMP pelajaran
ekonomi dan sejarah digabung. Karena berasal dari rumpun ilmu yang sama,
terkadang materinyapun berkaitan bahkna terkadang tumpang-tindih. Misalnya,
pada materi perdagangan internasional, di sejarah juga ada. Di sejarah
disebutkan bahwa bangsa Eropa pergi ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah.
Dengan belajar dari masa lalu (sejarah) kita juga dapat belajar supaya
perekonomian dapat menjadi lebih baik.
Banyak kebijakan pemerintah
kolonialmasa lalu yang dilandasi oleh kepentingan ekoomi. Misalnya, untuk
memahami sejarah perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad XVI sampai
abad XVIII, maka tidak dapat dipisahkan dari peran kongsi dagang Hindia Belanda
Timur yakni VOC (Verenidge Oost Indische Compagnie).
Selain itu Terbentuknya jaringan navigasi atau transpoortasi perdagangan disatu pihak dan pihak lain, serta jaringan daerah industri dan bahan mentah
mengakibatkan munculnya suatu sistem global ekonomi. Lahirnya sistem global
ekonomi tersebut memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam tidak hanya
pada bidak ekonomi saja, tetapi erat hubungannya dengan bidang lain misalnya
bidang politik.
Sepanjang masa modern, yaitu lebih
kurang sejak 1500, kekuatan-kekuatan ekonomis yang sentripetal mengarah ke
pemusatan pasar dan produksi ke Eropa Barat, suatu pola perkembangan yang
hingga Perang Dunia II masih tampak. Dari pertumbuhan ekonomi global yang
kompleks itu menurut Kartodirdjo (1992:137) dapat diekstrapolasikan beberapa
tema penting antara lain :
a)
Proses perkembangan ekonomi (economic development)
dari sistem agraris ke sistem industrial, termasuk organisasi pertanian, pola
perdagangan, lembaga-lembaga keuangan, kebijaksanaan komersial, dan pemikiran
(ide) ekonomi.
b)
Pertumbuhan akumulasi modal mencakup peranan
pertanian, pertumbuhan penduduk, dan peranan perdagangan internasional.
c)
Proses industrialisasi beserta soal-soal perubahan
sosialnya.
d)
Sejarah ekonomi yang bertalian erat dengan
permasalahan ekonomi, seperti halnya kenaikan harga, konjungtur produksi
agraris, ekspansi perdagangan, dan sebagainya.
Dengan melihat hal-hal diatas, maka jelas bahwa
komplektifitas sistem ekonomi dengan sendirinya menuntut pula pendekatan ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam perkembangan sejarah ekonomi mengalami pula diferensisasi dan
subspesialisasi, antara lain dengan timbulnya sejarah pertanian, sejarah kota,
sejarah bisnis, sejarah perburuhan, sejarah formasi kapital.
c. Hubungan
Ilmu Sejarah dengan Sosiologi
Sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang
ada didalamnya, secara tidak langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian
antara sosiologi dan ilmu sejarah tidak jauh berbeda, naun ilmu sejarah
membatasinya dengan konsep ruang dan waktu. Sebagai sesama ilmu sosial yang
kajiannya tidak jauh berbeda maka tidak sulit kita menemukan hubungan-hubungan
keilmuan antara ilmu sejarah dengan sosiologi. Pada beberapa dasawarsa terakhir
ini banyak sekali hasil-hasil penelitian sosiologi berupa studi sosiologis yang
memfokuskan studinya pada geja;a-gejala sosial yang terjadi dimasa lampau
(supardan, 2008:325), dengan memasukkan konsep ruang tadi maka dapat kita lihat
bahwa kajian tersebut jelas menggunaka beberapa konsep dari ilmu sejarah untuk
menjelaskan studi tersebut. Karya-karya seperti Pemberontakan Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial Masa Revolusi Industri di
Inggris karya Smelzer, serta Asal
Mula Sistem Totaliter dan Demokrasi karya Barrington Moore. Karya-karya
tersebut sering disebut Sejarah Sosiologi. (Kartodirdjo dalam Supardan,
2008:325).
Sejarawan
juga terkadang melakukan pendekatan sosiologis dalam melakukan penelitian,
bahkan bisa dikatakan mulai terdapat kecenderungan penulisan sejarah, dari yang
bersifat konvensional dan naratif kepada penulisan sejarah dengan kompleksitas
tinggi, dimana sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya saling berketergantungan
dalam melakukan sebuah pembahasan masalah.
Akhir-akhir
ini sedang terjadi pula apa yang disebut sebagai gejala Rapprochement atau
proses saling emendekat antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial. Metode kritis
ini berkembang pesat sejak diciptakan oleh Mabilon sehingga terjadi
inovasi-inovasi yang sangat penting dalam sejarah, yang mana dapat
menyelamatkan sejarah dari “kemacetan” (Kartodirdjo, 1992:120). Sebab jika dipandang dari titik sejarah
konvensional, perubahab metodologi tersebut sangat revolusioner dengan
meninggalkan model penulisan sejarah naratif. Dikatakan revolusioner karena
ilmu sejarah lebih bergeser ke ilmu sosial. Kombinasi antara berbagai
perspektif akan mampu mengekstrapolasikan interdependensi antara berbagai aspek
kehidupan. Dalam hal ini, sejarawan tidak langsung berurusan dengan kausalitas,
tetapi lebih banyak dengan kondisi-kondisi dalam berbagai dimensinya. (http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Sejarah.pdf)
d. Hubungan
Ilmu Sejarah dengan Antropologi
Antropologi
sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu
sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah , sejarawan tidak
jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi.
Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya adalah simbol, sistem
kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi,
primitif, dan agraris. Sementara itu, sumbangan ilmu sejarah terhadap
antropologi adalah, sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan
pendekatan sejarah. Titik temu antara antropologi budaya dan ilmu sejarah
sangatlah jelas. Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila ilmu sejarah
menggambarkan kehidupan manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambarah
itu juga mencakup unsur-unsur kebudayaannya. Unsur-usur itu antara lain,
kepercayaan, mata pencaharian, dan teknologi.
Hubungan ini dapat dilihat karena kedua
disiplin ini memiliki persamaan yang menempatkan manusia sebagai subjek dan objek kajiannya, lazimnya mencakup
berbagai dimensi kehidupan. Denga demikian, disamping memiliki titik perbedaan,
kedua disiplin itu pun memiliki persamaan. Bila sejarah membatasi diri pada
penggambaran suatu peristiwa sebagai proses dimasa lampau sebagai cerita secara
“sekali terjadi”, hal ini tidak termasuk bidang kajian antropologi. Namun jika
penggambaran ilmu sejarah menampilkan suatu masyarakat dimasa lampau dengan
berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, religi, dan kesenian maka
gambaran tersebut mencakup unsur-unsur kebudayaan masyarakat. Dalam hal itu ada
persamaan bahkan tumpang tindih antara sejarah dan antropologi (Kartidirdjo,
1992:153). Antropolog terkemuka Evans-Pritchard mengemukakan bahwa Antropologi
adalah sejarah. Karena antropologi mempelajari objek yang sama dengan sejarah, yaitu tiga
jenis fakta yang terdiri atas artifact, sosiofact, dan mentifact, dimana
semuanya adalah produk historis dan hanya dapat dijelaskan eksistensinya dengan
melacak sejarah perkembangannyaa (Kartodirdjo, 1992:153).
e.
Ilmu Sejarah dengan Psikologi
Ilmu psikologi sangat berkaitan
dengan mental dan kejiwaan mausia. Manusia yang menjadi objek kajian sejarah
tidak hanya sekedar dijelaskan mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang
ditimbulkan dari tindakan itu? Mengapa seseorang melakukan tindakan itu ?
Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan yang bersangkutan.
Kondisi itu dapat disebabkan oleh rangsangan dari luar atau lingkungannya,
dapat pula dari dalam dirinya sendiri. Penggunaan psikologi dalam ilmu sejarah,
melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.
Dalam cerita sejarah, aktor atau
pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok. Sebagai aktor individu tidak lepas dari peranan
faktor-faktor internal yang bersifat psikologis, motivasi, minat, konsep diri,
dan sebagainya yang selalu berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal yang
bersifat sosiologis, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya, dan
sebagainya. Begitupun dalam aktor yang bersifat kelompok menunjukkan aktivitas
kolektif, yaitu suatu gejala yang menjadi objek khusus psikologi sosial. Dalam
berbagai peeristiwa sejarah, perilaku kolektif sangat mencolok, antara lain
sewaktu ada huru hara, masa mengamuk (mob), gerakan sosial, atau protes yang
revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan psikologidari motivasi,
sikap, dan tindakan kolektif (Kartodirdjo, 1992:139). Disitulah psikologi
berperan untuk megungkap beberapa faktor tersembunya sebagai bagian dari proses
mental.
B. Kegunaan
Sejarah Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
Kegunaannya
yaitu:
1.
Sejarah
sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Contohnya:
Buku the religion of china yang ditulis oleh Max Weber, Buku Kal
Wittfogel, oriental despotism, yang berisi teori tentang hydraulic
society.
2.
Permasalahan
sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial
Contohnya:
Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang struktur masyarakat Jawa, Buku
Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord
and Peasant in the Making of the Modern World.
3.
Pendekatan
sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial
yang sinkronis
Contohnya:
Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural Involution: The Process of
Ecological Change in Indonesia dan The Social History of an Indonesian
Town
Kegunaan Ilmu-Ilmu Sosial Untuk
Sejarah
Pengaruh
ilmu sosial pada sejarah dapat kita golongkan ke dalam 4 macam yaitu:
Penggunaan ilmu sosial dalam sejarah itu bervariasi. Variasi itu ialah
1.
Yang menolak
sama sekali
2.
Yang
menggunakan secara implisit
3.
Yang
menggunakan secara eksplisit
4.
Yang
campuran dan kekaburan batas
Yang menolak
sama sekali penggunaan ilmu-ilmu sosial berpendapat:
1.
Karena
penggunaan ilmu sosial akan berarti hilangnya jati diri sejarah sebagai ilmu
yang diakui keberadaannya, jadi sejarah cukup dengan common sense (akal sehat,
nalar umum, akal sehari-hari) dan penggunaan dokumen secara kritis.
2.
Karena
penggunaan ilmu-ilmu sosial hanya akan menjadikan sejarah sebagai ilmu yang
tertutup secara akademis dan personal. Secara akademis, tanpa ilmu
sosial, sejarah bersifat multidisipliner sedangkan dengan ilmu sosial, sejarah
akan kehilangan sifat kemandiriannya sebagai the ultimate
interdisciplinarian. Secara personal, sejarah akan punya peristilahan
teknis dan ini tidak menguntungkan.
Adapun
penggunaan ilmu-ilmu sosial meliputi:
1.
Konsep
Bahasa Latin
conceptus berarti gagasan atau ide. Sadar atau tidak, sejarawan
banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu sosial.
2.
Teori
Bahasa
Yunani theoria berarti, diantaranya, “kaidah yang mendasari gejala, yang
sudah melalui verifikasi”; ini berbeda dengan hipotesis. Teori-teori
dalam ilmu sosial banyak digunakan oleh sejarawan untuk membantu mengungkap
sejarah.
3.
Permasalahan
Dalam
sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu sosial yang dapat diangkat menjadi
topik-topik penelitian sejarah.
4.
Pendekatan
Pendekatan
ilmu sosial digunakan oleh semua tulisan sejarah yang melibatkan penelitian
suatu gejala sejarah dengan jangka yang relative panjang (aspek diakronis) dan
yang melibatkan penelitian aspek ekonomi, masyarakat, atau politik (aspek
sinkronis).
Perkembangan penlitian dan penulis
sejarah, terutama pada abad XX, menunjukkan bahwa sejarawan pada saat itu telah
membiasakan diri untuk mengenal dan menggunakan konsep baik yang dikenal dalam
lingkungan sejarah sendiri maupun dari ilmu sosial. Ketika menganalisis
peristiwa atau fenomena masa lampau, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari
berbagai ilmu sosial yang relevan dengan pokok kajiannya agar memberikan
karakteristik ilmiah pada sejarah. Pembahasan mengenai keterkaitan ilmu sejarah
dengan ilmu sosial lain juga bukan hal yang baru. Bien (1974:84 dalam Ardhana)
menjelaskan betapa pentingnya ilmu-ilmu sosial mencari hubungan dalam usaha
memberikan penjelasan fenomena sosial. Penelitian sosial tidaklah dilaksanakan
dalam isolasi, peneliti berinteraksi dengan ruang lingkup masalah yang
kompleks.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu sejarah memiliki pengertian sebagai rekonstruksi
masa lalu. Khususnya di Eropa, kegiatan ini dilakukan oleh Herodotus, yang
menulis The History of Persian Wars (Sejarah Peperangan Orang Persia).
Herodotus adalah seorang Yunani yang hidupnya berkelana di sekitar daerah
Yunani sampai Laut Hitam. Dalam perjalanannya ini ia menulis mengenai
bangsa-bangsa yang dikunjunginya dan juga menulis mengenai perang orang-orang
Persia. Oleh karena itu ia disebut sebagai Bapak Sejarah.
Kegiatan penulisan sejarah ini dilanjutkan oleh
Thucydides, Polybius, Julius Caesar, Titus Livius, Augustine, Orosius, Otto of
Friesing, Niccolo Machiavelli, Jean Mabillon, David Hume, Voltaire, Edward Gibbon,
Leopold von Ranke, Marc Bloch, Henri Pirenne, James Harvey Robinson, Ibn
Khaldun, Al-Tabari, Sima Qian. Dengan banyaknya yang menulis sejarah, metode
sejarah pun semakin berkembang dan sejarah pun menjadi semakin jelas
keilmiahannya.
Beberapa konsep yang dikembangkan
dalam ilmu sejarah, antara lain perubahan, peristiwa, sebab akibat,
nasionalisme, kemerdekaan, kolonialisme, revolusi, fanatisme, komunisme,
peradaban, perbudakan, waktu, feminisme, liberalisme, dan konservatisme. Selain
itu, teori-teori yang ada dalam ilmu sejarah antara lain teori gerak siklus
sejarah Ibnu Khaldun, teori daur kultural spiral Giambattista Wittfogel, teori
perkembangan sejarah dan masyarakat Karl Marx, dan teori feminisme
Wollstonecraft. Di dalam penulisan sejarah, diperlukan adanya generalisasi,
periodisasi, dan kronologi. Sejarah banyak memberikan manfaat bagi yang
mempelajarinya dan mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat.
Kegunaan sejarah menurut Notosusanto
(1979:4-10) yang pertama adalah fungsi edukatif, yaitu sejarah mengajarkan
kebijaksanaan dan , yang kedua adalah fungsi inspiratif, maksudnya ketika kita
belajar sejarah, maka kita akan mendapatkan inspiratif ataupun ilham. Ketiga
adalah fungsi instruktif, yaitu belajar sejarah dapat membawa kita pada salah
satu kejuruan ataupun keterampilan. Dan yang terakhir yaitu fungsi rekreasi
adalah dalam belajar sejarah kita akan mendapatkan kesenangan dan keindahan
Dengan demikian, keberadaan sejarah
akan lebih penting dari hanya sekedar pemuas rasa ingin tahu masyarakat akan
tetapi juga akan menjadi suatu yang sangat penting bagi orientasi partisipasi
yang bermakna untuk kehidupan manusia.
Pengertian sejarah yang setelah dilihat secara umum
dari para ahli ialah memiliki makna sebagai cerita, atau kejadian yang benar-benar
telah terjadi pada masa lalu. Dalam perkembangannya, ilmu sejarah mempunya
sejarah yang dimulai dari tulisan-tulisan sejarah di Eropa, pertama kali muncul
dalam bentuk puisi, yaitu Homerus 9Homer) dengan karyanya Iliad dan Odyssey, dan didalam
perkembangannya itu terdapat konflik para sejarawan tentang penulisan dan isi
dari sejarah hingga munculnya dua kebagkitan kembali unsur lama dalam ilmu
sejarah, yakni kebangkitan kembali politik dan narasi. Bersamaan dengan
perkembangannya, maka ilmu sejarah memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya yaitu dalam subjek kejiannya, yang dapat dilihat dari sosiologi,
antropologi, politik, ekonomi, dan psikologi. Karena pembahasan ilmu sejarah
meliputi masyarakat dimasa lalu yang berupa peristiwa yang unik dan mengubah
hidup masyarakat tersebut. Maka ilmu-ilmu sosial dan sejarah saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan.
B. Saran
Seperti yang telah kita ketahui,
sejarah mempunyai arti penting dalam kehidupan kita, salah satunya adalah dibidang
pedidikan, dimana kita bisa memperoleh ilmu serta pengetahuan, yang dapat kita
jadikan sebuah hikmah baik yang positif maupun yang negatif sekalipun. Untuk
nilai-nilai yang positif yakni keberhasilan-keberhasilan yang sudah kita
peroleh, kita pertahankan dan tingkatkan lagi, dan sebaliknya. Untuk
nilai-nilai yang negatif, kesalahan-kesalahan yang telah terjadi dimasa lampau,
hendaknya tidak terulang lagi. Seperti yang kerap kita dengar. “belajarlah dari
kesalahan dimasa lalu” yang memiliki makna bahwa hendaknya kita selalu
senantiasa belajar dari kejadian-kejadian dimasa lalu, agar kehidupan kita
menjadi lebih baik lagi.
Daftar
Pustaka
ABD Rahman Hamid dan Muhammad SH.
2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta:
Ombak.
Gazalba, Sidi. 1996. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu.
BharataraKarya Aksara. Jakarta.
Supardan, Dadang. 2007. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Sejarah.pdf
No comments:
Post a Comment